Category: Tsaqofah

  • Untuk Apa Kita Shalat? Apa Esensi Dari Shalat?

    Untuk Apa Kita Shalat? Apa Esensi Dari Shalat?

     

    Oleh: M. Nurfahmi Lubis

    Mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati Bandung

     

    Apa itu Shalat? Ibadah shalat sudah tidak asing terdengar dikalangan umat islam, karena shalat adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim yang harus dilaksanakan. Banyak dalil-dalil yang membahas tentang kewajiban shalat, baik dari Al-qur’an maupun hadits.

    Salah satu dalil Al-qur’an yang memerintahkan shalat ada dalam surah Al-Baqarah ayat 43; “Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk bersama orang-orang yang rukuk”.

    Selain ayat Al-qur’an ada juga dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abdurrahman bin Auf ; Islam didirikan di atas lima dasar, yaitu: memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.”

    Dari kedua dalil diatas bisa diambil kesimpulan bahwa ketika seseorang menyandang status sebagai seorang Muslim, maka sudah sepatutnya untuk melaksanakan shalat.

    Bukan Hanya Kewajiban

    Ibadah shalat ini bukanlah hanya sebagai kewajiban bagi setiap muslim, akan tetapi esensi dari shalat itu sendiri adalah rasa cinta dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan  kepada hambanya.

    Jika ibadah shalat ini hanya didasari karena kewajiban maka pada fakta pelaksanaannya akan berat untuk dilaksanakan dan sedikit akan ada unsur keterpaksaan.

    Maka tidak heran ketika banyak orang-orang yang lalai dalam melaksanakan ibadah shalat tersebut, dikarenakan mereka belum memahi dari esensi shalat itu sendiri.

    Selain rasa syukur dan cinta seorang makhluk kepada sang khaliq, kalau dilihat dari kata shalat itu sendiri diambil dari kata As-Shilah yang berarti hubungan. Maka selain rasa syukur dan cinta, shalat adalah sebagai jembatan untuk menjaga hubungan seseorang hamba dengan Tuhannya.

    Maka bisa dikatakan orang-orang yang meninggalkan atau tidak melaksanakan shalat berarti ada masalah dalam hubungannya dengan Allah.

    Rasa syukur dan cinta yang dihadirkan ketika dalam pelaksanaan shalat itu akan meningkatkan kekhusuan dalam shalat. Karena dalam pelaksaannya dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa ada rasa keterpaksaan.

    Rasa Cinta

    Mengambil pemikiran dari salah satu tokoh sufi yaitu Robi’ah al-Adawiyah yaitu sebuah konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan karena takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah merupakan cinta yang tidak mengharap balasan. 

    Dikisahkan bahwa suatu hari Rabi’ah al-Adawiyah tengah berjalan ke Kota Baghdad seraya menenteng air dan memegangi obor di tangan kirinya. Kemudian seseorang bertanya kepadanya, “Rabi’ah, mau dikemanakan air dan obor itu?”

    Rabi’ah pun menjawab, “Aku hendak membakar surga dengan obor dan memadamkan api neraka dengan air agar orang tidak lagi mengharap surga dan takut neraka dalam ibadahnya!”

    Alasan mendasar kenapa mengambil pemikiran dari Robi’ah al-Adawiyah adalah mengajarkan kepada kita pentingnya keikhlasan dalam melakukan suatu ibadah terutama dalam shalat. Lagi-lagi keikhlasan itu muncul disebabkan dari rasa yang kita hadirkan sebelum melaksanakannya.

    Apakah salah orang yang melaksanakan shalat hanya dengan alasan kewajiban? Sebenarnya tidak, tetapi kalau hanya didasari atas kewajiaban saja akan ada rasa keterpaksaan ketika dalam pelaksanaannya.

    Tetapi, ketika ada indikator lain seperti yang telah dipaparkan diatas, itu akan lebih baik. Karena ibadah itu bukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban, tetapi ada hal yang harus menjadi perhatian kenapa kita harus shalat. Ketika kita bisa memahami akan hal itu, maka dalam pelaksanaannya shalat akan lebih bermakna.

  • Hukum Uang Hasil Ngonten Menurut Islam: Panduan Etika dan Syariah dalam Era Digital

    Hukum Uang Hasil Ngonten Menurut Islam: Panduan Etika dan Syariah dalam Era Digital

    Oleh: Muhammad Ulil Aidiy

    Mahasiswa STEI SEBI

    Di era digital yang serba cepat ini, profesi sebagai konten kreator telah menjadi sumber penghasilan yang populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Menghasilkan uang dari kegiatan mengunggah video, foto, atau tulisan di platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok menjadi tren yang terus berkembang. Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai uang yang dihasilkan dari aktivitas ini? Apakah semua uang hasil “ngonten” (konten) halal menurut syariah? Artikel ini akan membahas hukum uang hasil ngonten menurut perspektif Islam dan bagaimana seorang Muslim seharusnya menyikapi hal ini.

    Prinsip Dasar dalam Menghasilkan Uang dalam Islam

    Islam mengajarkan bahwa sumber penghasilan seorang Muslim haruslah halal dan baik. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil…” (QS. An-Nisa: 29). Ayat ini menekankan pentingnya memastikan bahwa segala bentuk harta yang kita peroleh tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.

    Dalam konteks konten digital, ini berarti bahwa konten yang dihasilkan tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Pendapatan dari aktivitas ini harus didasarkan pada cara-cara yang halal, tanpa menipu, memfitnah, atau merusak akhlak orang lain.

    Hukum Uang Hasil Ngonten Menurut Islam

    • Konten yang Halal

    Sumber utama kehalalan pendapatan dari “ngonten” bergantung pada jenis konten yang dibuat. Jika konten tersebut mempromosikan kebaikan, memberikan manfaat kepada orang lain, dan tidak mengandung unsur-unsur haram seperti pornografi, fitnah, atau ajakan kepada kemaksiatan, maka pendapatan yang diperoleh dari konten tersebut adalah halal. Misalnya, konten yang mendidik, memberikan informasi bermanfaat, atau menghibur dengan cara yang tidak melanggar syariat.

    Sebaliknya, jika konten yang dihasilkan mengandung hal-hal yang dilarang dalam Islam, seperti mempertontonkan aurat, menyebarkan kebohongan, atau mendorong perilaku maksiat, maka pendapatan dari konten tersebut dianggap haram. Islam sangat memperhatikan aspek moral dalam semua jenis usaha, termasuk dalam pembuatan konten.

    • Metode Monetisasi

    Cara monetisasi konten juga menjadi faktor penting dalam menentukan kehalalan pendapatan. Misalnya, jika pendapatan diperoleh dari iklan, maka iklan yang ditampilkan dalam konten juga harus sesuai dengan ajaran Islam. Iklan yang mempromosikan produk atau layanan yang haram, seperti minuman keras, perjudian, atau produk yang tidak sesuai dengan etika Islam, dapat membuat pendapatan dari konten tersebut menjadi tidak halal.

    Selain itu, jika seorang konten kreator menggunakan metode monetisasi seperti endorsement atau sponsorship, penting untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang dipromosikan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.

    • Kejujuran dan Niat dalam Berkarya

    Niat dalam menghasilkan konten juga berperan dalam menentukan kehalalan pendapatan. Jika niatnya adalah untuk menyebarkan kebaikan dan memberikan manfaat, maka hasil yang diperoleh akan lebih bernilai di sisi Allah SWT. Kejujuran dalam berkarya juga penting; konten kreator harus jujur dalam menyampaikan informasi dan tidak memanipulasi audiens demi keuntungan pribadi.

    Etika dalam Menghasilkan Konten

    Selain memperhatikan kehalalan dari sisi syariah, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh konten kreator Muslim:

    • Menghindari Riya’: Jangan menghasilkan konten hanya untuk pamer atau mencari popularitas semata, tetapi lakukanlah dengan niat yang tulus untuk kebaikan.
    • Menghormati Hak Cipta: Menggunakan karya orang lain tanpa izin merupakan pelanggaran etika dan hukum. Pastikan konten yang dibuat adalah hasil kerja sendiri atau memiliki izin dari pemiliknya.
    • Menjaga Kesantunan: Konten harus disampaikan dengan bahasa yang santun, tidak mengandung kata-kata kasar atau hinaan terhadap orang lain.

    Hukum uang hasil ngonten dalam Islam sangat bergantung pada jenis konten yang dihasilkan, metode monetisasi, serta niat dan kejujuran dalam berkarya. Selama konten tersebut halal dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, pendapatan yang diperoleh juga dianggap halal. Sebagai seorang Muslim, penting untuk selalu menjaga integritas dan nilai-nilai Islam dalam setiap aktivitas, termasuk dalam dunia digital yang penuh dengan peluang.

    Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, konten kreator Muslim dapat menjalankan profesi mereka dengan penuh berkah, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui karya-karya yang bermanfaat.

  • Keutamaan Tahajud dalam Al-Qur’an

    Keutamaan Tahajud dalam Al-Qur’an

    Oleh: Muhammad Farhan Maulana

    Mahasiswa STEI SEBI

    Dalam beberapa ceramah penulis menyimpulkan paling tidak ada lima keutamaan sholat tahajud bagi umat muslium di dalam Al-Qur’an, bahkan terlebih Sholat tahajud adalah sholat yang paling dianjurkan oleh nabi kita Muhammad SAW.

    Sholat tahajud, merupakan salah satu bentuk shalat sunnah di malam hari, memiliki tempat istimewa dalam ajaran Islam. Shalat ini dilakukan setelah tidur, dan menjadi salah satu ibadah yang paling dianjurkan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam Al-Qur’an, tahajud disebut sebagai ibadah yang memiliki banyak keutamaan, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat. Artikel ini akan menguraikan beberapa keutamaan tahajud yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

    Mendekatkan Diri kepada Allah

    Salah satu keutamaan terbesar dari shalat tahajud adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

    “Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79)

    Ayat ini menegaskan bahwa tahajud adalah sarana untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah, yang pada gilirannya dapat mengangkat derajat seorang hamba di hadapan-Nya. Shalat tahajud menunjukkan kesungguhan seorang hamba dalam beribadah, karena dilakukan pada waktu ketika kebanyakan orang sedang tidur.

    Menjadi Jalan Menuju Surga

    Tahajud juga disebut sebagai salah satu ibadah yang dapat membawa seseorang menuju surga. Dalam beberapa hadis, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa shalat malam, termasuk tahajud, adalah ibadah yang dilakukan oleh orang-orang saleh sebelum kita. Al-Qur’an juga menyinggung hal ini dalam firman-Nya:

    “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan Tuhan mereka kepada mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. Adz-Dzariyat: 15-17)

    Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang sedikit tidur karena bangun untuk beribadah di malam hari, termasuk tahajud, akan mendapatkan balasan berupa surga dari Allah SWT.

    Mendapatkan Ampunan dan Rahmat Allah

    Keutamaan lain dari tahajud adalah mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT. Dalam QS. Az-Zariyat: 18, Allah berfirman:

    “Dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”

    Shalat tahajud adalah waktu yang paling tepat untuk memohon ampunan dari Allah, karena pada saat itu Allah turun ke langit dunia untuk mendengarkan doa dan permohonan hamba-hamba-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

    “Pada setiap malam, Tuhan kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya; siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya; dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

    Menguatkan Iman dan Takwa

    Shalat tahajud juga memiliki keutamaan dalam menguatkan iman dan takwa seseorang. Dalam QS. Al-Muzzammil: 6, Allah berfirman:

    “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

    Waktu malam, khususnya saat tahajud, adalah saat yang paling baik untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan khusyuk dan mendalam. Melalui tahajud, seorang hamba dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan, serta menjadikan hatinya lebih bersih dan jiwanya lebih tenang.

    Mendapatkan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat

    keutamaan tahajud
    keutamaan tahajud

    Tahajud juga dikenal sebagai sumber kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang rajin melaksanakan tahajud akan merasakan ketenangan batin dan kebahagiaan yang tidak dapat diukur dengan materi. Allah berfirman dalam QS. Al-Furqan: 64-65:

    “Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.’”

    Ayat ini menggambarkan betapa tahajud dapat menjadi pelindung dari siksa api neraka, serta menjadi sarana untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan di akhir.

    Nah shalat tahajud memiliki keutamaan yang luar biasa sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an. Dengan melaksanakan tahajud, seorang hamba dapat mendekatkan diri kepada Allah, mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya, serta meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tahajud adalah salah satu ibadah yang membedakan orang-orang saleh dari yang lainnya, dan merupakan amalan yang sangat dianjurkan untuk meraih tempat yang terpuji di sisi Allah. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemauan untuk rutin melaksanakan tahajud dan meraih keutamaan-keutamaannya.

  • Belajar dari Kisah Imam Nawawi yang Masih Dikenal Sekarang Lewat Tulisan

    Belajar dari Kisah Imam Nawawi yang Masih Dikenal Sekarang Lewat Tulisan

    Oleh : Yusuf Al-Ghani

    Mahasiswa STEI SEBI

    Imam Nawawi, atau lengkapnya Abu Zakariya Yahya bin Sharaf an-Nawawi, adalah salah satu ulama besar yang namanya terus dikenang sepanjang masa. Karya-karyanya, yang ditulis ratusan tahun lalu, tetap menjadi referensi utama dalam berbagai bidang ilmu agama Islam, terutama dalam bidang fikih dan hadits. Keteladanan dan keilmuan Imam Nawawi adalah pelajaran berharga yang masih relevan hingga kini. Artikel ini akan membahas bagaimana kita bisa belajar dari kehidupan dan tulisan-tulisan Imam Nawawi yang masih dikenal luas hingga saat ini.

    Dedikasi pada Ilmu

    Salah satu pelajaran terbesar dari kehidupan Imam Nawawi adalah dedikasinya yang luar biasa terhadap ilmu. Sejak usia muda, Imam Nawawi telah menunjukkan kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Ia dikenal sebagai seorang ulama yang sangat rajin belajar dan mengajar. Bahkan, dikisahkan bahwa Imam Nawawi tidak pernah melewatkan satu pun pelajaran dalam satu hari pun, meski dalam keadaan lelah atau sakit.

    Tulisan-tulisan Imam Nawawi, seperti Riyadhus Shalihin dan Al-Arba’in An-Nawawiyah, adalah bukti dari dedikasinya yang tak kenal lelah dalam menyusun ilmu pengetahuan. Karya-karya tersebut tidak hanya sekadar kumpulan hadits atau hukum, tetapi juga mencerminkan kedalaman pemahaman dan kecintaan Imam Nawawi terhadap ilmu. Dari sini, kita belajar bahwa dedikasi dan konsistensi dalam menuntut ilmu adalah kunci untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan abadi.

    Keikhlasan dalam Berkarya

    Imam Nawawi juga dikenal sebagai ulama yang sangat ikhlas dalam setiap karyanya. Ia tidak menulis untuk mendapatkan popularitas atau penghargaan, tetapi semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT dan menyebarkan kebenaran. Keikhlasan ini terlihat jelas dalam semua karyanya, yang hingga kini tetap menjadi rujukan utama bagi umat Islam di seluruh dunia.

    Keikhlasan Imam Nawawi menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Di tengah dunia yang penuh dengan godaan material dan popularitas, Imam Nawawi menunjukkan bahwa karya yang tulus dan ikhlas akan tetap dikenang dan dihargai oleh generasi berikutnya. Dengan demikian, setiap amal dan karya yang kita lakukan harus didasarkan pada niat yang benar dan tulus, yakni untuk mencari keridhaan Allah SWT.

    Kemampuan untuk Merangkum Ilmu dengan Sederhana

    belajar dari kisah imam nawawi
    belajar dari kisah imam nawawi

    Salah satu keistimewaan karya-karya Imam Nawawi adalah kemampuannya untuk merangkum ilmu yang kompleks menjadi sesuatu yang sederhana dan mudah dipahami. Riyadhus Shalihin, misalnya, adalah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits pilihan yang berisi panduan moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini sangat populer karena bahasa yang digunakan sederhana namun kaya makna.

    Kemampuan Imam Nawawi dalam menyederhanakan ilmu ini adalah pelajaran penting bagi para pendidik dan penulis zaman sekarang. Karya yang baik bukanlah karya yang sulit dipahami, tetapi karya yang mampu menyampaikan pesan-pesan penting dengan cara yang mudah diterima oleh semua kalangan. Dari Imam Nawawi, kita belajar bahwa menyederhanakan ilmu bukan berarti merendahkan nilainya, tetapi justru meningkatkan manfaatnya.

    Karya yang Abadi

    Meski sudah lebih dari tujuh abad berlalu sejak wafatnya, nama Imam Nawawi tetap hidup melalui karya-karyanya. Kitab-kitab yang ditulisnya masih dipelajari, diajarkan, dan dijadikan rujukan oleh umat Islam di seluruh dunia. Keabadian karya-karya Imam Nawawi adalah bukti bahwa tulisan yang didasarkan pada keilmuan yang benar, keikhlasan, dan ketulusan akan tetap relevan dan dihargai oleh generasi-generasi berikutnya.

    Kita belajar dari Imam Nawawi bahwa kualitas karya lebih penting daripada kuantitasnya. Dalam era digital ini, di mana informasi begitu mudah diakses dan dibagikan, penting bagi kita untuk menghasilkan karya-karya yang berkualitas, yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain, serta tetap relevan di masa depan.

    Imam Nawawi adalah contoh sempurna dari seorang ulama yang hidupnya didedikasikan untuk ilmu dan keikhlasan dalam berkarya. Karya-karyanya, yang masih dikenal dan digunakan hingga saat ini, mengajarkan kita tentang pentingnya dedikasi, keikhlasan, kemampuan untuk menyederhanakan ilmu, dan pentingnya menghasilkan karya yang abadi. Belajar dari kisah Imam Nawawi, kita diingatkan untuk selalu mengejar ilmu dengan tekun, menulis dengan niat yang ikhlas, dan berusaha menyebarkan kebaikan melalui setiap tulisan dan tindakan kita, Nah menurut teman-teman seberapa penting menulis dari apa yang kita dapatkan ditulisan diatas. Semoga bermanfaat.

  • Hubungan Bangun Pagi dengan Kesuksesan

    Hubungan Bangun Pagi dengan Kesuksesan

    Oleh: Nasrullah

    Mahasiswa STEI SEBI

    Jika kita melihat kebiasaan Rosulullah, Rosulullah mempunyai kebiasaan sholat tahajud bahkan sholat ini adalah kebiasaan orang-orang sholeh, lalu apa hubunganya dengan kesuksesan, bangun pagi dengan orang yang terbiasa bangun siang. Bangun pagi sering kali dianggap sebagai kebiasaan yang sederhana namun berdampak besar pada produktivitas dan kesuksesan seseorang. Banyak tokoh sukses dunia, seperti para CEO, atlet, dan pemimpin terkenal, diketahui memiliki kebiasaan bangun pagi. Namun, apa sebenarnya hubungan antara bangun pagi dan kesuksesan? Artikel ini akan mengulas bagaimana kebiasaan bangun pagi dapat berkontribusi pada kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan.

    Waktu yang Lebih Produktif

    Salah satu alasan utama mengapa bangun pagi sering dikaitkan dengan kesuksesan adalah karena waktu pagi biasanya lebih tenang dan bebas dari gangguan. Dengan bangun lebih awal, seseorang memiliki waktu ekstra untuk merencanakan hari, menyelesaikan tugas-tugas penting, atau bahkan memulai aktivitas fisik seperti olahraga. Waktu pagi yang produktif ini dapat membantu seseorang menyelesaikan lebih banyak hal sebelum memulai rutinitas harian yang sibuk.

    Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental

    Bangun pagi juga memiliki manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Dengan bangun lebih awal, seseorang memiliki kesempatan untuk berolahraga, meditasi, atau menjalani rutinitas pagi yang sehat. Olahraga pagi, misalnya, dapat meningkatkan energi dan konsentrasi sepanjang hari. Selain itu, paparan sinar matahari pagi membantu mengatur ritme sirkadian tubuh, yang berperan penting dalam menjaga pola tidur yang sehat. Kondisi fisik dan mental yang baik tentunya berkontribusi pada performa dan produktivitas yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesuksesan.

    Kebiasaan Disiplin dan Konsistensi

    Kesuksesan sering kali membutuhkan disiplin dan konsistensi. Kebiasaan bangun pagi adalah salah satu bentuk disiplin diri yang menunjukkan komitmen terhadap tujuan pribadi dan profesional. Ketika seseorang terbiasa bangun pagi, mereka mengembangkan pola pikir yang terfokus dan terorganisir. Disiplin ini tidak hanya berlaku untuk waktu bangun, tetapi juga mempengaruhi cara seseorang mengelola waktu dan tanggung jawab lainnya. Kebiasaan bangun pagi menciptakan struktur dan rutinitas yang membantu seseorang tetap konsisten dalam mengejar tujuan mereka.

    Kesempatan untuk Pengembangan Diri

    Waktu pagi dapat digunakan untuk pengembangan diri, seperti membaca, belajar keterampilan baru, atau refleksi diri. Banyak orang sukses menggunakan waktu pagi mereka untuk mengejar minat atau passion yang mungkin sulit dilakukan di tengah-tengah kesibukan harian. Pengembangan diri ini tidak hanya menambah pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi, yang semuanya merupakan faktor penting dalam mencapai kesuksesan.

    hubungan bangun pagi dengan kesuksesan
    hubungan bangun pagi dengan kesuksesan

    Mengurangi Stres dan Meningkatkan Ketenangan

    Bangun pagi memungkinkan seseorang untuk menjalani hari dengan lebih santai dan teratur. Tanpa terburu-buru, seseorang dapat menghindari stres yang sering kali muncul ketika harus mengejar waktu. Pagi yang tenang memberikan kesempatan untuk merencanakan hari dengan lebih baik, mengurangi kekhawatiran, dan memulai hari dengan pikiran yang jernih. Ketenangan ini membantu seseorang untuk mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan menghadapi tantangan dengan lebih tenang, yang tentunya berkontribusi pada kesuksesan jangka panjang

    Nah jadi bangun pagi bukanlah jaminan kesuksesan, tetapi merupakan kebiasaan yang dapat memberikan banyak keuntungan dalam perjalanan menuju sukses. Dengan memanfaatkan waktu pagi yang tenang dan produktif, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, membangun disiplin diri, serta mengurangi stres, seseorang dapat lebih siap menghadapi tantangan dan meraih tujuan hidup mereka. Oleh karena itu, bangun pagi bisa menjadi langkah awal yang penting dalam membangun kesuksesan pribadi dan profesional.

  • Anjuran Membaca dan Menulis dalam Al-Qur’an

    Anjuran Membaca dan Menulis dalam Al-Qur’an

    Oleh: Muhammad Ulil Aidiy

    Mahasiswa STEI SEBI

    Kita tahu bahwasanya Indonesia adalah salah satu dari negara yang memiliki minat baca terendah dibanding negara-negara lainya, padahal seperti kita ketahui Indonesia adalah negara yang memiliki agama Islam sebagai Mayoritas. Nah bagaimana pandangan Islam mengenai baca dan tulis ini, apakah ada perintahnya? Mari kita simak artikel dibawah ini.

    Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berfungsi sebagai pedoman hidup, tetapi juga mengandung banyak ajaran yang mendorong umatnya untuk membaca dan menulis. Aktivitas membaca dan menulis memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Al-Qur’an dengan tegas menganjurkan umatnya untuk mengembangkan keterampilan ini, yang terbukti menjadi kunci dalam menciptakan masyarakat yang maju dan berbudaya.

    Membaca sebagai Langkah Awal untuk Memperoleh Ilmu

    Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca. Dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5, Allah SWT berfirman:

    “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

    Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya membaca dalam Islam. Membaca bukan hanya sekedar aktivitas fisik, tetapi juga merupakan langkah awal dalam memperoleh pengetahuan. Dengan membaca, manusia dapat memahami tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk kehidupannya di dunia dan akhirat.

    Menulis sebagai Sarana Penyebaran Ilmu

    Selain membaca, menulis juga merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam Islam. Menulis adalah cara untuk merekam pengetahuan dan menyebarkannya kepada generasi berikutnya. Dalam Al-Qur’an, menulis disebut sebagai salah satu cara Allah SWT mengajarkan manusia ilmu, seperti yang disebutkan dalam ayat-ayat yang sama dari Surat Al-‘Alaq.

    Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Qalam ayat 1:

    “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulis,” (QS. Al-Qalam: 1)

    Ayat ini menunjukkan pentingnya pena dan tulisan dalam kehidupan manusia. Pena adalah simbol dari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan menulis, manusia dapat menyebarkan ilmu, mencatat sejarah, dan mengabadikan pemikiran-pemikiran yang bermanfaat. Menulis juga merupakan salah satu cara untuk menjaga ilmu agar tidak hilang dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

    Membaca dan Menulis sebagai Bagian dari Tugas Khalifah di Bumi

    anjuran membaca menulis dalam alquran
    anjuran membaca menulis dalam alquran

    Dalam Al-Qur’an, manusia disebut sebagai khalifah di bumi, yang berarti mereka diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memelihara bumi serta isinya. Salah satu cara untuk melaksanakan tugas ini adalah dengan mencari ilmu melalui membaca dan menyebarkan ilmu melalui menulis. Kedua aktivitas ini saling berkaitan dan merupakan bagian dari tugas manusia sebagai khalifah.

    Dengan membaca, manusia dapat memahami hukum-hukum alam dan kehidupan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dengan menulis, manusia dapat berbagi ilmu tersebut dengan orang lain, sehingga ilmu tersebut dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas.

    Pentingnya Membaca dan Menulis dalam Pengembangan Peradaban

    Membaca dan menulis juga sangat penting dalam pengembangan peradaban. Peradaban yang maju adalah peradaban yang menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dalam sejarah Islam, kita melihat bahwa kejayaan peradaban Islam pada masa lalu tidak lepas dari semangat membaca dan menulis yang diajarkan oleh Al-Qur’an.

    Para ulama dan ilmuwan Muslim pada masa lalu sangat menghargai membaca dan menulis. Mereka tidak hanya membaca dan menulis tentang ilmu agama, tetapi juga tentang berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat. Semangat ini memungkinkan peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya dan menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia pada masanya.

    Nah Al-Qur’an dengan tegas menganjurkan umat Islam untuk membaca dan menulis sebagai bagian dari tugas mereka sebagai khalifah di bumi. Membaca adalah langkah awal untuk memperoleh ilmu, sementara menulis adalah cara untuk menyebarkan ilmu tersebut kepada orang lain. Kedua aktivitas ini sangat penting dalam pengembangan peradaban dan harus terus dikembangkan dalam kehidupan umat Islam.

    Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari anjuran Al-Qur’an ini dan selalu semangat dalam membaca dan menulis, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat manusia.

  • Belajar dari Kisah Khadijah, Perempuan yang Menjadi Pengusaha

    Belajar dari Kisah Khadijah, Perempuan yang Menjadi Pengusaha

    Oleh: Ghaitsa Dzikra Fitri Nurwahida

    Mahasiswi STEI SEBI

    Ketika kita mengenal nama Khodijah binti Khuwailid maka apa yang ada di benak kita, betul Khodijah adalah istri pertamanya Rhosulullah SAW, yang bukan hanya menjadi teladan seorang istri tapi juga seorang pengusaha dimasanya. Kisah hidup Khadijah menawarkan banyak pelajaran berharga, terutama bagi perempuan yang ingin meniti karir di dunia bisnis. Artikel Belajar dari Kisah Khadijah, Perempuan yang Menjadi Pengusaha ini akan membahas bagaimana kita bisa belajar dari perjalanan hidup Khadijah sebagai seorang perempuan yang berhasil dalam dunia usaha.

    Keberanian Memulai dan Mengelola Usaha

    Khadijah dikenal sebagai seorang pengusaha yang sukses jauh sebelum ia menikah dengan Nabi Muhammad SAW. Ia mewarisi bisnis keluarganya dan mengelola usaha perdagangan yang sangat besar, yang pada masa itu sangat jarang dilakukan oleh seorang perempuan. Khadijah menunjukkan bahwa keberanian untuk memulai dan mengambil alih kendali adalah kunci utama dalam dunia bisnis. Ia tidak takut mengambil risiko dan berhasil memperluas usahanya hingga ke berbagai negara, termasuk Syam dan Yaman.

    Dari Khadijah, kita belajar bahwa untuk sukses dalam bisnis, diperlukan keberanian untuk memulai dan mengambil risiko. Dunia bisnis selalu penuh dengan ketidakpastian, namun dengan tekad dan strategi yang tepat, keberhasilan bisa dicapai.

    Integritas dan Kepercayaan

    belajar dari kisah khadijah
    belajar dari kisah khadijah

    Salah satu faktor utama kesuksesan Khadijah dalam bisnis adalah integritas dan kepercayaan yang ia bangun dengan rekan-rekan bisnisnya. Khadijah selalu dikenal sebagai pengusaha yang jujur, adil, dan dapat dipercaya. Karena sifat-sifat inilah, ia mendapatkan kepercayaan dari para mitra bisnisnya dan mampu menjalankan usahanya dengan sukses.

    Integritas dalam bisnis adalah fondasi yang kuat untuk membangun hubungan yang baik dengan pelanggan, mitra, dan karyawan. Khadijah mengajarkan kepada kita bahwa kejujuran dan keadilan bukan hanya nilai-nilai moral, tetapi juga strategi bisnis yang sangat efektif. Dengan memegang teguh integritas, bisnis dapat bertahan dan berkembang dalam jangka panjang.

    Kepemimpinan dan Kecerdasan

    Sebagai pengusaha, Khadijah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa. Ia mampu mengelola bisnis yang besar, memimpin karyawan, dan membuat keputusan-keputusan strategis yang menguntungkan. Khadijah juga dikenal sebagai perempuan yang sangat cerdas, mampu menganalisis situasi dengan baik, dan membuat keputusan yang tepat dalam setiap transaksi bisnis.

    Khadijah mengajarkan kepada kita bahwa kecerdasan dan kepemimpinan adalah kualitas penting dalam dunia bisnis. Seorang pemimpin bisnis harus mampu melihat peluang, mengambil keputusan yang tepat, dan memotivasi timnya untuk mencapai tujuan bersama.

    Keteguhan dalam Menghadapi Tantangan

    Selama hidupnya, Khadijah tidak hanya menghadapi tantangan dalam bisnis, tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, terutama setelah mendukung dakwah Nabi Muhammad SAW. Khadijah menunjukkan keteguhan hati dan ketabahan dalam menghadapi berbagai cobaan, baik itu dalam menjalankan bisnis maupun mendukung perjuangan suaminya.

    Dalam dunia bisnis, tantangan dan rintangan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Dari Khadijah, kita belajar bahwa keteguhan dan ketabahan adalah kunci untuk tetap bertahan dan terus maju meskipun menghadapi kesulitan. Seorang pengusaha harus memiliki mental yang kuat dan tidak mudah menyerah.

    Kedermawanan dan Kepedulian Sosial

    Khadijah juga dikenal sebagai seorang dermawan yang peduli terhadap orang lain. Ia menggunakan kekayaannya untuk membantu mereka yang membutuhkan dan mendukung dakwah Islam. Kedermawanan Khadijah menunjukkan bahwa bisnis bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga tentang memberikan manfaat kepada orang lain.

    Khadijah mengajarkan kepada kita pentingnya kepedulian sosial dalam berbisnis. Kesuksesan sejati adalah ketika bisnis yang kita jalankan tidak hanya memberikan keuntungan bagi kita sendiri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. Dengan berbagi rezeki, seorang pengusaha dapat membangun reputasi yang baik dan mendapatkan keberkahan dalam usahanya.

    Nah kisah hidup Khadijah binti Khuwailid adalah teladan bagi semua, terutama bagi perempuan yang ingin sukses dalam dunia bisnis. Dari Khadijah, kita belajar tentang keberanian, integritas, kepemimpinan, keteguhan, dan kedermawanan—semua kualitas yang diperlukan untuk menjadi pengusaha yang sukses dan bermartabat. Semoga kita semua dapat mengambil inspirasi dari Khadijah dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam bisnis maupun dalam kehidupan pribadi, Melalui artikel ini semoga perempuan-perempuan bukan hanya menjadi ibu rumah tangga tapi juga bisa pengusaha untuk membantu ekonomi keluarga.

  • Mengambil Sifat Kejujuran Ibunda Umar Ibnu Aziz

    Mengambil Sifat Kejujuran Ibunda Umar Ibnu Aziz

    Oleh: Edo Alfikri

    Mahasiswa STEI SEBI

    Kejujuran adalah salah satu sifat mulia yang menjadi fondasi dalam kehidupan seorang Muslim. Sifat ini tidak hanya menjadi dasar dalam berinteraksi dengan sesama manusia, tetapi juga merupakan cerminan dari ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT. Salah satu contoh teladan yang luar biasa dalam hal ini adalah kejujuran Ibunda Umar Ibnu Aziz, seorang tokoh penting dalam sejarah Islam.

    Ibunda Umar Ibnu Aziz, bernama Laila binti Asim bin Umar bin Al-Khattab, adalah seorang wanita yang dikenal karena kejujurannya yang luar biasa. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang sarat dengan nilai-nilai Islam dan akhlak yang luhur. Keluarga Umar bin Al-Khattab, kakek buyutnya, terkenal dengan komitmen mereka terhadap kebenaran dan keadilan. Pendidikan yang diterima Laila dari keluarganya menjadi fondasi kuat bagi perkembangan kepribadiannya.

    Kejujuran yang ditanamkan dalam diri Laila terlihat jelas dalam kisah yang sangat terkenal. Suatu hari, ketika Umar bin Abdul Aziz masih kecil, ibunya mendapati seorang pelayan mencoba mencampurkan susu dengan air untuk meningkatkan jumlahnya. Namun, dengan tegas dan tanpa ragu, Laila menegur pelayan tersebut dan menyatakan bahwa meskipun Umar bin Abdul Aziz masih kecil dan mungkin tidak akan menyadari perbuatan itu, Allah SWT senantiasa melihat segala perbuatan manusia. Pesan moral yang disampaikan oleh Laila sangat kuat: kejujuran adalah nilai yang harus dipegang teguh, baik dalam hal kecil maupun besar.

    Pelajaran ini tertanam dalam diri Umar bin Abdul Aziz dan menjadi salah satu nilai utama yang ia junjung tinggi selama masa kepemimpinannya sebagai khalifah. Dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil dan jujur, Umar bin Abdul Aziz mewarisi sifat kejujuran dari ibunya. Selama masa pemerintahannya, ia berusaha keras untuk menegakkan keadilan dan memberantas segala bentuk korupsi, dengan selalu mengingat ajaran yang ia terima sejak kecil.

    Kisah kejujuran Ibunda Umar bin Abdul Aziz memberikan inspirasi besar bagi kita semua. Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan godaan untuk melakukan kecurangan, kejujuran menjadi nilai yang sangat berharga. Sifat ini harus ditanamkan sejak dini dalam pendidikan anak-anak kita, sebagaimana yang dilakukan oleh Laila. Kejujuran bukan hanya tentang berkata benar, tetapi juga tentang konsistensi dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang kita yakini.

    Selain itu, kejujuran memiliki dampak positif yang besar dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang individu yang jujur akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain, membangun hubungan yang kuat, dan menciptakan lingkungan yang penuh dengan kedamaian dan keadilan. Kejujuran juga membawa berkah dalam kehidupan pribadi, karena Allah SWT senantiasa memberkati orang-orang yang berpegang teguh pada kebenaran.

    Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang menguji kejujuran kita. Meskipun terkadang sulit, kita harus ingat bahwa kejujuran adalah jalan yang diridhai oleh Allah SWT dan akan membawa kita kepada kebaikan. Oleh karena itu, mari kita semua meneladani kejujuran Ibunda Umar bin Abdul Aziz dan berusaha untuk menjadi pribadi yang jujur dalam setiap aspek kehidupan kita.